or

or

Rabu, 29 Mei 2013

Berawal dari Pekarangan Rumahku (Persiapan Lahan)

BERAWAL DARI PEKARANGANKU



Persiapam Lahan

 Lahan yang sempit bukan jadi masalah, peralatan yang terbatas pun tidak jadi masalah....

persiapan lahan yang dilakukan seminggu sebelum penanaman. 

 

 

 

 

  Karena tanah di sekitar rumah merupakan timbunan, maka banyak terdapat batu. Pasa saat pengolahan lahan perlu dilakukan pemisahan batu-batu tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI



PENUTUP

A.  Kesimpulan

Upaya pemberdayaan masyarakat petani merupakan jalan yang masih panjang dan masih penuh tantangan. Hanya dengan komitmen yang kuat dan keberpihakan yang tulus, serta upaya yang sungguh-sungguh, pemberdayaan masyarakat petani dapat diwujudkan. Terlebih dalam menghadapi tantangan di era globalisasi (yaitu menuju usaha agrbisnis) membutuhkan komitmen yang kuat dari pemerinta, para pelaku ekonomi, rakyat, lembaga pendidikan, organisasi profesi dan organisasi-organisasi non emerintah lainny. Komitmen ini dapat diwujudkan dalam bentuk mmberikan kepercayaan berkembangnya kemampuan-kemampuan lokal atas dasar kebutuhan setempat (daerahnya sendiri)

Penguatan peran serta masyarakat petani sebagai pelaku pembangunan, harus didorong seluas-luasnya melalui program-program pendampingan menuju suatu kemandirian mereka. Disamping itu pula, perlu pengembangan organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor pendukung lainnya.

Dengan usaha pemberdayaan masyarakat yang demikian, mudah-mudahan dapat membebaskan mereka dari kemiskinan dan keterbelakangan untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan terst diupayakan melaaui peningkatan kapasitas SDM (Sumber Daya Manusia) agar dapat bersaing memasuki pasar tenaga kerja dan kesempatan berusaha yang dapat menciptakan dan meningkatkan pendapatan rumah tangga.

Proses pemberdayaan tersebut tidak lagi menganut pola serapan, tetapi didesentralisasikan sesuai potensi dan keragaman sumber daya wilayah. Demikian pula kesempatan berusaha tidak harus selalu pada usaha tani padi (karena dengan luas lahan sempit tidak mungkin dapat meningkatkan kesejahterannya), tetapi juga pada usaha tani non padi perlu dikembangkan. Dalam kaitannya dengan itu, upaya peningkatan ketahanan pangan tidak terlalu fokus pada pengembangan pertanian (dalam arti primer), tetapi juga diarahkan pada sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan tersesentralisasi.


B.  Saran
1.      Pemberdayaan dalam pengembangan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, menggunakan teknologi yang berdasarkan spesifik lokasi yang mempunyai keunggulan dalam kesesuaian dengan ekosistem setempat dan memanfaatkan input yang tersedia di lokasi serta memperhatikan keseimbangan lingkungan.
2.      Penyediaan fasilitas kepada masyarakat hendaknya tidak terbatas pengadaan sarana produksi, tetapi dengan sarana pengembangan agribisnis lain yang diperlukan seperti informasi pasar, peningkatan akses terhadap pasar, permodalan serta pengembangan kerjasama kemitraan dengan lembaga usaha lain.
Dengan tersedianya berbagai fasilitas yang dibutuhkan petani tersebut diharapkan selain para petani dapt berusaha tani dengan baik juga ada kepastian pemasaran hasil dengan harga yang menguntungkan, sehingga selain ada peningkatan kesejahteraan petani juga timbul kegairahan dalam mengembangkan usaha tani.
3.      Revitalisasi kelembagaan dan sistem ketahanan masyarakat.


Selasa, 28 Mei 2013

Pembardayaan Masyarakat Petani BAB II



Bab II.
PEMBAHASAN

A.    Pemberdayaan Masyarakat Petani Di Kabupaten Nias Selatan
Peberdayaan masyarakat tidak lain adalah memberikan motivasi dan dorongann kepada masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas hidupnya.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan mengandung arti bahwa manusia ditempatkan pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari solusi dan meraih hasil pembangunan .
Konsep pemberdayaan masyarakat secara mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, politik, sosial dan budaya ; menghidupkan kembali berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi. Ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai pranata sosial dan ekonomi yanga ada di dalam masyarakat dikembangkan ke arah terbentuknya jaringan ekonomi rakyat sehingga kesejahteraan masyarakat khususnya petani dapat menningkat.
Kesejahteraan petani pangan yang relatif rendah dan menurun saat ini akan sangat menentukan prospek ketahanan pangan nasional. Kesejahteraan tersebut ditentukan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, diantaranya yang utama adalah :
1.      Sebagian petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun kecuali tenaga kerjanya, dalam hal ini keterbatasan sumber daya manusia yang ada (rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki petani pada umumnya) menjadi masalah yang cukup rumit, disisi lain kemiskinan yang struktural menjadi akses petani terhadap pendidikan sangat minim.
2.      Luas lahan petani sempit dan mendapat tekanan untuk terus terkonversi. Pada umumnya petani di Indonesia rata-rata hanya memiliki kurang dari 1/3 hektar, jika dilihat dari sisi produksi tentu saja dengan luas tanah semacam ini tidak dapat digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari bagi petani.
3.      Terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan, ketersediaan modal perlu mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah. Pada umumnya permasalahan yang paling mendasar yang dialami oleh petani adalah keterbatasan modal baik dalam penyediaan pupuk atau benih.
4.      Tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang baik. Petani di Kabupaten Nias Selatan kebanyakan masih mengolah tanah dengan cara tradisional, hanya sebagian kecil saja yang sudah menggunakan teknologi canggih. Tentu saja hasil produksinya sangat terbatas dan tidak bisa maksimal.
5.      Infrasruktur produksi (air, listrik, jalan, telekomunikasi) yang tidak memadai. Pertanian di Indonesia, lebih khusus Kabupaten Nias Selatan masih berada di wilayah pedesaan sehingga akses untuk mendapatkan sarana dan prasarana penunjang seperti air, listrik, kondii jalan yang bagus dan telekomunikasi sangat terbatas.
6.      Struktur pasar yang tidak adil dan eksploitatif akibat posisi rebut-tawar yang sangat lemah.
7.      Ketidakampuan, kelemahan dan ketidaktahuan petani itu sendiri.
Tanpa penyelesaian yang mendasar dan komperhensif dalam berbagai aspek di atas, kesejahteraan petani akan terancam dan ketahanan pangan akan sangat sulit dicapai. Maka disinilah peranan pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah harus dijadikan sebagai perhatian utama demi terwujudnya ketahanan pangan karena ketahanan pangan dapat terwujud dengan baik jika pengelolanya dimulai dari tatanan mikro, mulai petani atau kelompok tani itu sendiri.
Kelompok tani adalah kelembagaan masrakat petani yang sangat baik dalam proses pemberdayaan ini. Untuk membentuk kelembagaan petani yang kokoh perlu disusun suatu instrumen pemberdayaan kelompok tani. Instrumen pemberdayaan kelompok tani yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah :
a)      Adanya interest/kepentingan yang sama di antara petani dalam kelompok.
b)      Adanya jiwa kepemimpinan dari salah satu petani di dalam kelompok.
c)      Adanya kemampuan manajerial dari petani di dalam kelompok.
d)     Adanya komitmen dari petani untuk membentuk kelembagaan petani.
e)      Adanya saling kepercayaan di antara petani di dalam kelompok
Pemberdayaan usaha tani dapat meliputi kegiatan memfasilitasi kelompok tani melalui bantuan langsung masyarakat, seperti yang telah dilakukan selama beberapa tahun terakhir ini oleh pemerintah pusat yang dikoordinir oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten, dalam lingkup Kementerian Pertanian Republik Indonesia, adanya Bantuann Langsung Pupuk (BLP) baik pupuk anorganik maupun organik, Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) khususnya komoditi pangan utama (Padi Sawah, Padi Ladang, Jagung, Kedelai, Kacang Tanah). Adanya Bantuan Sosial (Bansos) berupa pembiayaan dalam pengelolaan Sekolah Lapang Petani Tanaman Terpadu (SLPTT) guna meningkatkan produktifitas dan produksi. Bansos dalam membangun jaringan irigasi, jalan usaha tani, rumah kompos, dan lain-lain. Bantuan Alat Mesin Pertanian, seperti handtraktor, penggilingan padi, dan lain sebagainya. Keseluruhan bantuan ini diberikan kepada petani dalam kelembagaanya sebagai kelompok tani.


B.  Masyarakat Petani di Kabupaten Nias Selatan menghadapi tantangan di era globalisasi

Adanya krisis global saat ini juga semakin membuat krisis bertambah sulit. Banyak kalangan yang memperkirakan kalau krisis perekonomian yang semakin kompleks ini bisa mengarah kepada krisis pangan. Kelaparan akan menjadi ancaman yang akan menmbuat kemiskinan massal. Sebelum krisis pangan terjadi, sejak jauh-jauh hari, sudah banyak pemikir maupun praktisi yang mati-matian menggodok kebijakan-kebijakan maupun sekedar subangan pemikiran untuk mengantisipasinya.

Di negara kita, kesulitan dalam penyeimbangan neraca pangan sudah dialami sebelum awal krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997. Bahkan, pemenuhan kebutuhan beras yang pernah diatasi secara swasembada pada tahun 1986, sampai saat ini ternyata tidak dapat dipertahankan. Di awal tahun 2000 kita bahkan dibanjiri dengan beras yang diberitakan ilegal, sedangkan di awal tahun 2006 kita diramaikan dengan keputusan pemerintah untuk mengimpor beras, yang dianggap tidak berpihak kepada petani meskipun hal itu bukan merupakan issue baru dan disadari pula bahwa petani kita pun merupakan konsumen beras. Bahkan pada tahun ini, kita dirisaukan dengan impor benih padi yang konon tidak berjalan mulus pula sampai ke tangan petani, padahal hasilnya diharapkan dapat mendongkrak produksi beras.
Makna terdalam era globalisasi dalam struktur perekonomian adalah perdagangan bebas. Dalam perdagangan bebas berarti ada persaingan. Dalam globalisasi tersebut yang akan bersaing adalah barang sekunder, yaitu produk agroindustri di Indonesia  bahan baku untuk industri tersedia, tetapi yang menjadi kendala adalah penggunaan dan penguasaan teknologi modern yang memperkuat agribisnis, atau  penekanan masalah yang dihadapi dalam era globalisasi adalah pada peningkatan SDM .

Berdasarkan hal di atas, maka arah pengembangan pertanian kedepan adalah agribisnis, yaitu mengembangkan pertanian dan agroindustri atau industri yang mengolah hasil pertanian dan jasa-jasa yang menunjangnya. Pengembangan agribisnis di Indonesia merupakan tuntutan perkembangan yang logis dan harus dilanjutkan sebagai wujud kesinambungan, penganekaragaman dan pendalaman pembangunan pertanian selama ini. Pengembangan agribisnis akan tetap relevan walau tercapai setinggi apapun kemajuan suatu negara. Bahkan agribisnis akan menjadi andalan utama bagi suatu negara yang masih sulit melepaskan ketergantungan pembangunan nasionalnya dari sektor pertanian dan pedesaan seperti Indonesia.



            Beberapa alasan untuk memperkuat pilihan pada agribisnis, adalah :
1)        Tersedianya bahan baku
2)        Akan memperluas daya tampung tenaga kerja di sektor pertanian dan pedesaan
3)        Pengembangan agribisnis dalam skala kecil lebih mudah diarahkan untuk lebih bersahabat dengan lingkungan (daipada industri besar), sehingga dapat menekan kerusakan lingkungan.

Dengan memperhatikan arah tantangan pertanian yang seharusnya dikembangkan ke arah agribisnis, maka perlu mendapat penekanan bahwa  sasaran strategis pemberdayaan  masyarakat bukanlah sekedar peningkatan pendapatan semata, malainkan juga sebagai upaya membangun basis-basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat dan sumberdaya lokal yang handal. Dalam kerangka tersebut, keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan masayarakat melainkan juga aspek-aspek penting dan mendasar lainnya.

Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam pemberdayaan masyarakat petani, antara lain :
1)         Pengembangan organisasi/kelompok masyarakat yang dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan produktif masyarakat.
2)         Pengembangan jaringan strategis antar kelompok/organisasi masyarakat yang terbentuk dan berperan dalam pengembangan masyarakat tani asosiasi dari organisasi petani, baik dalam skala nasional, wilayah, maupun lokal.
3)         Kemampuan kelompok tani dalam mengakses sumber-sumber luar yang dapat mendukung pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar, permodalan, serta teknologi dan manajemen, termasuk didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di sinilah maka perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. ekonomi jaringan adalah suatu perekonomian yang menghimpun para pelaku ekomomi, baik dari produsen, konsumen, service provider, equipment provider, cargo,  dan sebagainya  di dalam jaringan yang terhubung baik secara elektronik maupun melalui berbagai forum usaha yang aktif dan dinamis.
4)      Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan manajerial kelompok-kelompok masyarakat, sehingga berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan dengan baik. Di sini, selain masyarakat sasaran (petani), juga para petugas penyuluh/pendamping pemberdayaan masyarakat harus meningkatkan kompetensi diri sebagai petugas yang mampu memberdayakan, karena banyak diantara  mereka justru ketinggalan kemampuannya dengan kelompok sasarannya.

Pemberdayaan Masyarakat Petani BAB I



Bab I.
LATAR BELAKANG

Petani merupakan bagian terbesar produsen  pangan dan produk-produk pertanian lainnya, seharusnya memegang peran dan pelaksana utama pembangunan pertanian di negara Indonesia yang agraris. Setelah kita melaksanakan pembangunan pertanian selama lebig dari setengah abad, petani dan masyarakat pedesaan masih dalam posisi yang marjinal dan memprihatinkan. Petani belum ditempatkan sebagi subjek atau penentu keputusan kegiatan pembangunan pertanian.
Kita ketahui bersama bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusiadan merupakan unsur penting dalam menjamin keberlangsungan gpemenuhan kebutenerasi bangsa ini. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan pangan pokok (salah satunya, beras) menjadi suatu hal yang sangat strategis. Dalam hal ini, diperlukan komitmen dan kesadaran yang tinggi sehingga upaya memenuhi kebutuhan pangan bersumber dari paroduksi dalam negeri menjadi skala prioritas.
Adanya krisis global saat ini juga semakin membuat krisis bertambah sulit. Banyak kalangan yang memperkirakan kalau krisis perekonomian yang semakin kompleks ini bisa mengarah kepada krisis pangan. Kelaparan akan menjadi ancaman yang akan menmbuat kemiskinan massal. Sebelum krisis pangan terjadi, sejak jauh-jauh hari, sudah banyak pemikir maupun praktisi yang mati-matian menggodok kebijakan-kebijakan maupun sekedar subangan pemikiran untuk mengantisipasinya.
Menyikapi hal tersebut dan memperhatikan kondisi perubahan iklim yang cenderung semakin ekstrem, maka upaya pencapaian produksi harus mempertimbangkan kekuatan cadangan pangan. Dalam direktifnya, tanggal 22 Januari 2011 yang lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan sebuah komitmen ketersediaan pangan pokok khususnya beras secara berkelanjutan, Indonesia harus mampumencapai surplus produksi beras 10 juta ton pada tahun 2014.
Dalam upaya peningkatan produksi secara berkelanjutan dan surplus 10 juta ton pada tah 2014, kita memerlukan upaya kerja keras baik pimpinan pusat maupun pimpinan daerah beserta aparatnya dan seluruh instani terkait dengan membimbing para petani/kelompok tani di tingkat lapangan dalam mengakselerasi peningkatan produksi komoditas tanaman pangan, khususnya beras.
Pembangunan sektor pertanian terus digalakkan di Kabupaten Nias Selatan, seiring dengan program pemerintah dalam mencapai ketersediaan pangan pokok secara berkelanjutan. Di sisi lain peningkatan penduduk di Kabupaten Nias Selatanjuga merupakan pemicu perlu ditingkatkannya pembangunan pertanian ini. Dari luasan areal pertanaman Nias Selatan yang ± 200 ribu Ha, ada sekitar17068 Ha yang dikelola oleh  petani sebagai lahan persawahan. Pada tahun 2011 produksi Padi Sawah Kabupaten Nias Selatan mencapai 56.931,2 ton. Demikian juga komoditi pangan pokok lainnya, seperti Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Kacang Tanah, memeng dari tahun ke tahun tidak terlalu mengalami peningkatan produkdi maupun produktifitas. Secara umum memang produksi dan produktifitas hasil pertanian masih tergolong rendah dibandingkan daerah lain, hal ini disebabkan karena pengolahan lahan dan hasil-hasil pertanian masih dibatasi oleh kemampuan masyarakat petani dalam menyediakan sarana dan prasarana, agroinput dan modal, sumber daya manusia pertanian yang berkualitas belum memadai.
Kesejahteraan petani pangan di Kabupaten Nias Selatan yang relatif rendah saat ini akan sangat menentukan prospek ketahanan pangan nasional. Kesejahteraan tersebut ditentukan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, diantaranya adalah : sebagian petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun kecuali tenaga kerjanya, luas lahan petani sempit, terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan, tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi, infrastruktur produksi pertanian masih rendah.
A.    Rumusan Masalah

1.      Bagaimana memberdayakan masyrakat tani di Kabupaten Nias Selatan
2.      Bagaimana masyrakat tani di Kabupaten Nias Selatan menghadapi tantangan Era Globalisasi.


B.     Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui bahgaimana memberdayakan masyarakat tani di Kabupaten Nias Selatan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana masyrakat tani di Kabupaten Nias Selatan menghadapi tantangan Era Globalisasi.