Bab
I.
LATAR
BELAKANG
Petani merupakan bagian terbesar
produsen pangan dan produk-produk
pertanian lainnya, seharusnya memegang peran dan pelaksana utama pembangunan
pertanian di negara Indonesia yang agraris. Setelah kita melaksanakan
pembangunan pertanian selama lebig dari setengah abad, petani dan masyarakat
pedesaan masih dalam posisi yang marjinal dan memprihatinkan. Petani belum
ditempatkan sebagi subjek atau penentu keputusan kegiatan pembangunan
pertanian.
Kita
ketahui bersama bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusiadan
merupakan unsur penting dalam menjamin keberlangsungan gpemenuhan kebutenerasi
bangsa ini. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan pangan pokok (salah satunya,
beras) menjadi suatu hal yang sangat strategis. Dalam hal ini, diperlukan
komitmen dan kesadaran yang tinggi sehingga upaya memenuhi kebutuhan pangan
bersumber dari paroduksi dalam negeri menjadi skala prioritas.
Adanya
krisis global saat ini juga semakin membuat krisis bertambah sulit. Banyak
kalangan yang memperkirakan kalau krisis perekonomian yang semakin kompleks ini
bisa mengarah kepada krisis pangan. Kelaparan akan menjadi ancaman yang akan
menmbuat kemiskinan massal. Sebelum krisis pangan terjadi, sejak jauh-jauh
hari, sudah banyak pemikir maupun praktisi yang mati-matian menggodok
kebijakan-kebijakan maupun sekedar subangan pemikiran untuk mengantisipasinya.
Menyikapi
hal tersebut dan memperhatikan kondisi perubahan iklim yang cenderung semakin
ekstrem, maka upaya pencapaian produksi harus mempertimbangkan kekuatan
cadangan pangan. Dalam direktifnya, tanggal 22 Januari 2011 yang lalu, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan sebuah komitmen ketersediaan pangan
pokok khususnya beras secara berkelanjutan, Indonesia harus mampumencapai
surplus produksi beras 10 juta ton pada tahun 2014.
Dalam
upaya peningkatan produksi secara berkelanjutan dan surplus 10 juta ton pada
tah 2014, kita memerlukan upaya kerja keras baik pimpinan pusat maupun pimpinan
daerah beserta aparatnya dan seluruh instani terkait dengan membimbing para
petani/kelompok tani di tingkat lapangan dalam mengakselerasi peningkatan
produksi komoditas tanaman pangan, khususnya beras.
Pembangunan
sektor pertanian terus digalakkan di Kabupaten Nias Selatan, seiring dengan
program pemerintah dalam mencapai ketersediaan pangan pokok secara
berkelanjutan. Di sisi lain peningkatan penduduk di Kabupaten Nias Selatanjuga
merupakan pemicu perlu ditingkatkannya pembangunan pertanian ini. Dari luasan
areal pertanaman Nias Selatan yang ± 200 ribu Ha, ada sekitar17068 Ha yang
dikelola oleh petani sebagai lahan
persawahan. Pada tahun 2011 produksi Padi Sawah Kabupaten Nias Selatan mencapai
56.931,2 ton. Demikian juga komoditi pangan pokok lainnya, seperti Jagung, Ubi
Kayu, Ubi Jalar dan Kacang Tanah, memeng dari tahun ke tahun tidak terlalu
mengalami peningkatan produkdi maupun produktifitas. Secara umum memang
produksi dan produktifitas hasil pertanian masih tergolong rendah dibandingkan
daerah lain, hal ini disebabkan karena pengolahan lahan dan hasil-hasil
pertanian masih dibatasi oleh kemampuan masyarakat petani dalam menyediakan
sarana dan prasarana, agroinput dan modal, sumber daya manusia pertanian yang
berkualitas belum memadai.
Kesejahteraan
petani pangan di Kabupaten Nias Selatan yang relatif rendah saat ini akan
sangat menentukan prospek ketahanan pangan nasional. Kesejahteraan tersebut
ditentukan oleh berbagai faktor dan keterbatasan, diantaranya adalah : sebagian
petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun kecuali
tenaga kerjanya, luas lahan petani sempit, terbatasnya akses terhadap dukungan
layanan pembiayaan, tidak adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi,
infrastruktur produksi pertanian masih rendah.
A. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
memberdayakan masyrakat tani di Kabupaten Nias Selatan
2. Bagaimana
masyrakat tani di Kabupaten Nias Selatan menghadapi tantangan Era Globalisasi.
B. Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui bahgaimana memberdayakan masyarakat tani di Kabupaten Nias Selatan.
2. Untuk
mengetahui bagaimana masyrakat tani di Kabupaten Nias Selatan menghadapi
tantangan Era Globalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar